Ini artikel dari temen seperjuangan akhwat (Hanifah) tentang kegiatan malam..
Gelisah. Gitu tuh saya kalo harus tiba-tiba, maupun merencanakan pulang malem. Malem buat saya artinya di atas jam 8 ya. Mau alasannya apa aja, acara himpunan kek, rapat kek, terpaksa gara-gara habis dari kunjungan industri di luar kota kek, atau habis buka bareng, atau apapun.
Kenapa coba??
Serem lah… harus naik angkot dalam gelap, bersama orang-orang yang ga saya kenal, atau malah tidak bersama siapapun, alias di angkot sendirian, paling sama pak sopir doang. Belum bagian ter-seremnya, yak, saat harus jalan kaki. Mau dari depan gang, atau saat ga ada angkot lagi dan harus jalan. Cuma dzikir yang bisa dilakuin.
Ah, lebay nih si hani…!!
Gimana saya ga horor coba, apalagi kalo inget surat Al-Falaq ayat satu sampe tiga,,
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita…”
Tuh kan,, kalo sampe ada kalimat khusus di Al-Qur’an tentang “kejahatan malam”, berarti memang ada sesuatu yang spesial tuh. Ya gak?? Ini mah masih asumsi saya yang bodoh ini…
Tapi coba inget2 deh, berapa banyak kasus kejahatan yang terjadi di negeri ini. Kriminal ini kek, itu kek, aduh serem nyebutinnya… banyak di antaranya yang terjadi di malam hari.
Apalagi saya cewe’, yang katanya “lemah” (ga setuju!!), sekaligus “menarik” (setuju!!). Sepakat atau nggak, secara lazim masyarakat masih punya anggapan bahwa cewe’ ga seharusnya nongkrong2, jalan2, keliaran malem2, tanpa temen terutama yang muhrim. Alasannya ya yang barusan tadi,, cewe’ akan jadi sasaran empuk kejahatan, kalo dia ga berhati-hati.
Betenya ya,, berhubung saya, eh kita ini sebegai cewe2 yang mobilitas dan aktivitas tinggi (ngakunya), agak rawan nih kena masalah yang satu ini. Ada di antara kita yang jadi BP di himpunan, jadi panitia osjur, jadi taplok pro-KM, pengurus unit, atau apapun lah yang kita sebut sebagai “jajaran Ms.Busy” di kampus.
Kenapa saya bilang rawan?? Ngerasa dong, kalo buaannyyaakk agenda-agenda kampus yang bikin kita harus jadi pulang malem, direncanakan maupun enggak.
Aduduh,, saya jadi suka bertanya-tanya dalam hati, ”Kenapa sih harus malem? Ga ada jam lain yang lebih enak?”, atau pertanyaan seperti ini, ”Emangnya malem itu waktu yang terbaik ya buat menghasilkan sesuatu, bukannya malah capek?”, atau yang satu ini. ”Siapa yang mau tanggungjawab kalo ada apa-apa sama saya di jalan? Temen2 yang ngajakin pulang malem? Emang mereka siapa saya?”
Nah, pertanyaan yang terakhir itu tuh yang pernah muncul dari mulut ayah saya waktu saya pernah pulang malem waktu SMA. Pertanyaan itu juga yang bikin saya sadar, dan mikir-mikir ulang ketika harus memilih pulang malem atau nggak dengan alasan acara apapun.
Buat pertanyaan yang pertama dan kedua nih. Bener ga sih, kalo saya bilang masih ada waktu siang, kawan, yang memang saatnya kita untuk berurusan secara dunia. Bikin acara ini, itu, cari rejeki, bekerja, apapun. Toh Allah sendiri yang bilang di surat Al-Qashash ayat 73:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Atau di Furqon 47 nih,,
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”
Nah lho,, kalo Allah sudah menentukan bahwa setiap episode waktu memiliki perannya masing-masing, harusnya kita ikutin dong, supaya hidup kita seimbang. Toh Allah juga yang sudah menciptakan keseimbangan di alam semesta ini, sehingga kita ga terlempar ke langit karena perputaran bumi, atau planet2 ga tabrakan karena punya orbitnya masing-masing, dan keseimbangan2 lain.
Emang sih ya, kampus tu tergolong tempat berarus deras. Banyak kepentingan tercakup di sana, banyak kegiatan seliweran di setiap jam-nya, termasuk siang hari. Mungkin kita susah banget cari waktu kumpul-kumpul di siang hari, mungkin juga kita segitu sibuknya ng-ekskul di sana-sini sehingga ga semua bisa ter-cover di siang hari.
Tapi, saya punya argumentasi untuk yang satu ini. Manusia di manapun sama-sama punya 24 jam dalam sehari, bukan begitu? Tapi ada orang yang bisa mengoptimalkannya untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitarnya, ada yang cuma bisa nyampah (kok kasar ya, saya ganti dengan “membuang waktu”). Dan ini berkaitan dengan value, alias nilai dari setiap jam yang ia miliki itu. Bukan sekedar berapa banyak rapat, berapa kali meeting, atau berapa jam kuliah, tapu value-nya. Seberapa besarkah suatu aktivitas kita menelurkan manfaat bagi orang banyak.
Coba analogikan hal itu dengan 12 jam waktu siang yang kita punya. Seharusnya aktivitas kita di siang hari bisa ber-value tinggi. Artinya, meski hanya 12 jam, kualitasnya bisa seperti seharian. Kalau sudah begitu, malamnya buat ngapain dong?? Coba kita baca lagi di Al-Furqon 47 yang di atas tadi, bahwa setiap malam2 kita adalah “pakaian”.
Lalu, coba baca surat Al-Muddatstsir ayat 4:
“Dan pakaianmu bersihkanlah”.
Maksudnya “bersihkanlah”??
Bersihkan dengan dzikir, tahajjud, belajar (kerjaan anak kuliahan nih), pokoknya refresh pikiran dan hati, sehingga malam kita, dan diri kita pun, “bersih” kaya’ pakaian yang habis dilaundry gitu deh, dan siap menghadapi hari esok yang penuh tantangan…
Nah, balik ke tema “cewe’ pulang malem”.
Gini nih ya. Ini mah pikiran saya aja yang bisa aja salah. Kalau saja semua cewe’ di kampus menolak pulang malem dengan alasan acara apapun, lama-lama bakalan abis tuh semua kegiatan malam yang ada di sana. Siapa juga coba yang mau bikin rapat, atau osjur, atau belajar bareng, atau apapun yang ber-bau pulang malem, kalo personel cewe’nya ga ada? Bagaimanapun, jumlah cewe’ di dunia tu 3/2 lebih banyak dari jumlah cowo’nya. Ya, meski kalo di ITB mah 2/3 kali ya. Tapi tetep aja banyak! (tanda seru bukan ngebentak, xp)
Maka dari itu gals, mari kita mulai peradaban yang baru (ciee..), peradaban tanpa wanita harus dipaksa pulang malam dalam bentuk apapun. Bukan karena cemen, penakut, atau lemah, tapi karena kita menghargai diri kita. Atas kehormatan yang teramat tinggi, atas kemuliaan yang lebih (sampai2 di Al-Qur’an adanya surat An-Nisa’, ga ada Ar-Rijal), dan kecantikan luar dalam kita yang harus dijaga (ciee,, eh tapi bener loh, buka deh Ali Imran 14).
Pernah denger law of attraction? Di saat kita memiliki satu keinginan yang teramat kuat dan bertekad baja, maka sesungguhnya alam semesta akan berpihak pada kita dan memungkinkan harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Hoho…
Yok pulang sore aja… =))
(I’m tryin’ too, it’s hard, yeah…)
Kenapa coba??
Serem lah… harus naik angkot dalam gelap, bersama orang-orang yang ga saya kenal, atau malah tidak bersama siapapun, alias di angkot sendirian, paling sama pak sopir doang. Belum bagian ter-seremnya, yak, saat harus jalan kaki. Mau dari depan gang, atau saat ga ada angkot lagi dan harus jalan. Cuma dzikir yang bisa dilakuin.
Ah, lebay nih si hani…!!
Gimana saya ga horor coba, apalagi kalo inget surat Al-Falaq ayat satu sampe tiga,,
1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
2. dari kejahatan makhluk-Nya,
3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita…”
Tuh kan,, kalo sampe ada kalimat khusus di Al-Qur’an tentang “kejahatan malam”, berarti memang ada sesuatu yang spesial tuh. Ya gak?? Ini mah masih asumsi saya yang bodoh ini…
Tapi coba inget2 deh, berapa banyak kasus kejahatan yang terjadi di negeri ini. Kriminal ini kek, itu kek, aduh serem nyebutinnya… banyak di antaranya yang terjadi di malam hari.
Apalagi saya cewe’, yang katanya “lemah” (ga setuju!!), sekaligus “menarik” (setuju!!). Sepakat atau nggak, secara lazim masyarakat masih punya anggapan bahwa cewe’ ga seharusnya nongkrong2, jalan2, keliaran malem2, tanpa temen terutama yang muhrim. Alasannya ya yang barusan tadi,, cewe’ akan jadi sasaran empuk kejahatan, kalo dia ga berhati-hati.
Betenya ya,, berhubung saya, eh kita ini sebegai cewe2 yang mobilitas dan aktivitas tinggi (ngakunya), agak rawan nih kena masalah yang satu ini. Ada di antara kita yang jadi BP di himpunan, jadi panitia osjur, jadi taplok pro-KM, pengurus unit, atau apapun lah yang kita sebut sebagai “jajaran Ms.Busy” di kampus.
Kenapa saya bilang rawan?? Ngerasa dong, kalo buaannyyaakk agenda-agenda kampus yang bikin kita harus jadi pulang malem, direncanakan maupun enggak.
Aduduh,, saya jadi suka bertanya-tanya dalam hati, ”Kenapa sih harus malem? Ga ada jam lain yang lebih enak?”, atau pertanyaan seperti ini, ”Emangnya malem itu waktu yang terbaik ya buat menghasilkan sesuatu, bukannya malah capek?”, atau yang satu ini. ”Siapa yang mau tanggungjawab kalo ada apa-apa sama saya di jalan? Temen2 yang ngajakin pulang malem? Emang mereka siapa saya?”
Nah, pertanyaan yang terakhir itu tuh yang pernah muncul dari mulut ayah saya waktu saya pernah pulang malem waktu SMA. Pertanyaan itu juga yang bikin saya sadar, dan mikir-mikir ulang ketika harus memilih pulang malem atau nggak dengan alasan acara apapun.
Buat pertanyaan yang pertama dan kedua nih. Bener ga sih, kalo saya bilang masih ada waktu siang, kawan, yang memang saatnya kita untuk berurusan secara dunia. Bikin acara ini, itu, cari rejeki, bekerja, apapun. Toh Allah sendiri yang bilang di surat Al-Qashash ayat 73:
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Atau di Furqon 47 nih,,
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”
Nah lho,, kalo Allah sudah menentukan bahwa setiap episode waktu memiliki perannya masing-masing, harusnya kita ikutin dong, supaya hidup kita seimbang. Toh Allah juga yang sudah menciptakan keseimbangan di alam semesta ini, sehingga kita ga terlempar ke langit karena perputaran bumi, atau planet2 ga tabrakan karena punya orbitnya masing-masing, dan keseimbangan2 lain.
Emang sih ya, kampus tu tergolong tempat berarus deras. Banyak kepentingan tercakup di sana, banyak kegiatan seliweran di setiap jam-nya, termasuk siang hari. Mungkin kita susah banget cari waktu kumpul-kumpul di siang hari, mungkin juga kita segitu sibuknya ng-ekskul di sana-sini sehingga ga semua bisa ter-cover di siang hari.
Tapi, saya punya argumentasi untuk yang satu ini. Manusia di manapun sama-sama punya 24 jam dalam sehari, bukan begitu? Tapi ada orang yang bisa mengoptimalkannya untuk berkontribusi terhadap lingkungan sekitarnya, ada yang cuma bisa nyampah (kok kasar ya, saya ganti dengan “membuang waktu”). Dan ini berkaitan dengan value, alias nilai dari setiap jam yang ia miliki itu. Bukan sekedar berapa banyak rapat, berapa kali meeting, atau berapa jam kuliah, tapu value-nya. Seberapa besarkah suatu aktivitas kita menelurkan manfaat bagi orang banyak.
Coba analogikan hal itu dengan 12 jam waktu siang yang kita punya. Seharusnya aktivitas kita di siang hari bisa ber-value tinggi. Artinya, meski hanya 12 jam, kualitasnya bisa seperti seharian. Kalau sudah begitu, malamnya buat ngapain dong?? Coba kita baca lagi di Al-Furqon 47 yang di atas tadi, bahwa setiap malam2 kita adalah “pakaian”.
Lalu, coba baca surat Al-Muddatstsir ayat 4:
“Dan pakaianmu bersihkanlah”.
Maksudnya “bersihkanlah”??
Bersihkan dengan dzikir, tahajjud, belajar (kerjaan anak kuliahan nih), pokoknya refresh pikiran dan hati, sehingga malam kita, dan diri kita pun, “bersih” kaya’ pakaian yang habis dilaundry gitu deh, dan siap menghadapi hari esok yang penuh tantangan…
Nah, balik ke tema “cewe’ pulang malem”.
Gini nih ya. Ini mah pikiran saya aja yang bisa aja salah. Kalau saja semua cewe’ di kampus menolak pulang malem dengan alasan acara apapun, lama-lama bakalan abis tuh semua kegiatan malam yang ada di sana. Siapa juga coba yang mau bikin rapat, atau osjur, atau belajar bareng, atau apapun yang ber-bau pulang malem, kalo personel cewe’nya ga ada? Bagaimanapun, jumlah cewe’ di dunia tu 3/2 lebih banyak dari jumlah cowo’nya. Ya, meski kalo di ITB mah 2/3 kali ya. Tapi tetep aja banyak! (tanda seru bukan ngebentak, xp)
Maka dari itu gals, mari kita mulai peradaban yang baru (ciee..), peradaban tanpa wanita harus dipaksa pulang malam dalam bentuk apapun. Bukan karena cemen, penakut, atau lemah, tapi karena kita menghargai diri kita. Atas kehormatan yang teramat tinggi, atas kemuliaan yang lebih (sampai2 di Al-Qur’an adanya surat An-Nisa’, ga ada Ar-Rijal), dan kecantikan luar dalam kita yang harus dijaga (ciee,, eh tapi bener loh, buka deh Ali Imran 14).
Pernah denger law of attraction? Di saat kita memiliki satu keinginan yang teramat kuat dan bertekad baja, maka sesungguhnya alam semesta akan berpihak pada kita dan memungkinkan harapan itu menjadi sebuah kenyataan. Hoho…
Yok pulang sore aja… =))
(I’m tryin’ too, it’s hard, yeah…)